Mengingat Sejarah bangsa tempo dulu, di era abad ke-19. Yah, kira-kira umur-umurannya kakek dari buyut kita. Pada zaman itu negeri ini dikenal dengan nama Insulinde, juga dikenal dengan Hindia belanda. Akan tetapi wilayah itu tidak mencakup seluruh wilayah negeri kita saat ini, melainkan wilayah jawa, sebagian wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, maluku dan sebagian kecil Nusa Tenggara. Insulinde merupakan wilayah yang kaya akan rempah-rempah dan mulai dimonopoli oleh tentara VOC, Belanda pada abad ke-16 dan 17 setelah mengusir Bangsa-bangsa Eropa lainnya dari perairan nusantara. Hal yang menjadi alasan utama bagi Bangsa Barat berdatangan ke negeri sabuk bertahta zamrud ini adalah karena kekayaan alam yang melimpah ruah di dalamnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Soekarno dalam buku Di Bawah Bndera Revolusi Bahwa, “ Kependudukan bangsa barat di negeri kita tidak lain karena persoalan rezeki”.
Sejak memonopoli perdagangan rempah-rempah, Belanda mulai menguasai maluku, jawa, sumatra dan wilayah-wilayah lainnya. Kekayaan negeri kita dikuras dan rakyatnya diperbudak untuk kepentingan negara penjajah semata. Beratus-ratus tahun lamanya bangsa kita telah terbelenggu, kehilangan jati diri dan terperosok ke dalam jurang kemiskinan akibat proses degenerasi selama berabad-abad oleh penjajahan Belanda hingga pada taraf yang sangat kritis, yakni: apatis, tanpa inisiatif, menyerah, pasrah menerima penderitaan yang dialaminya, bagaikan bangsa yang sudah mati. Pada saat itu tak ada yang pernah berharap apalagi bercita-cita untuk terbebas dari cengkraman penjajah, terkecuali menjelang akhir abad ke-19, oleh mereka yang mampu berfikir melampaui zamannya, mereka adalah kaum muda terpelajar atau dikenal sebagai golongan cendikiawan yang terus mencari format utk mempersatukan bangsa menuju kemerdekaannya. Dan kini mereka menghiasi halaman-halaman sejarah Bangsa Indonesia. Saya tidak membatasi para cendikiawan itu adalah mereka yang hanya mengenyam pendidikan ditempat yang resmi, melainkan mereka yang telah memiliki pengetahuan, berpendidikan meski bukan pendidikan formal. Karena pada tahun 1800-an hampir tak ada rakyat yang diperbolehkan untuk bersekolah oleh penjajah belanda selain anak dari bupati dan pejabat tinggi yang diangkat oleh Belanda.
Imperialisme Barat sudah cukup membuat derita, kemiskinan dan demoralisasi bagi rakyat kita. Lalu siapakah yang akan mampu mengakhiri semua penderitaan itu?, jawabannya adalah mereka para pemuda yang dikenal sebagai golongan cendikiawan, mereka tak berhenti berjuang dan mencari cara memersatukan bangsa.
Perlu kita ketahui bahwa paham Indonesia pada saat itu belum ada, Istilah Indonesia hanya dipakai dalam istilah geografi dan etnologi, pertamakali diperkenalkan pada tahun 1850 oleh seorang sarjana etnologi bangsa Inggris, J.R. Logan yang selanjutnya dipopulerkan oleh sarjana etnologi bangsa Jerman, Bastian pada tahun 1884. Kemudian kaum pemudalah yang memberikan istilah Indonesia sebagai arti politk yang merupakan cikal bakal wilayah yag memersatukan bangsa.
Seiring berjalannya waktu, istilah indonesia pada tahun 1922 dijadikan senjata oleh para mahasiswa negeri ini di Nederland dengan mengganti nama perkumpulannya dari “Indische Verrniging” menjadi “Indonesische Vereeniging” dan berubah lagi menjadi “ perhimpunan Indonesia” pada tahun 1924 kemudian menerbitkan majalah “ Indonesia Merdeka”. Para pahlwan-pahlawan kita yang berhasil membawa indonesia pada proklamasi kemerdekaan adalah mereka yang begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan dari masa mudanya. Dari hal tersebut begitu pentingnya peran pemuda dalam melepas belenggu penjajahan di negeri tercinta. Pemuda sangat berarti penting dalam mengembalikan kejayaan bangsa dimasa silam. Bahkan disetiap moment besejarah yang sifatnya merevolusi pemuda selalu menjadi motor penggerak. Pemudalah yang berhasil menggulingkan pemerintahan orde baru ke zaman reformasi. Maka, mahasiswa sebagai pemuda sekaligus cendikiawan bangsa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembaharuan.
Ditengah berbagai polemik kehidupan bangsa yang katanya sudah merdeka ini, ada banyak hal yang masih menjadi pertanyaan. Kekayaan alam indonesia memang tak diragukan melimpahnya, akan tetapi pada kenyataannya masih dikuasai oleh bangsa asing, tak ada bedanya dengan masa penjajahan dulu, meski itu secara halus . Disisi lain kondisi perpolitikan yang semakin ganjil, membuat arah perjuangan dan pembangunan semakin bias, dan masih banyak lagi hal Iain yang menjadi persoalan bangsa ini dan berpotensi mengerdilkan indonesia tercinta. Sudah saatnya pemuda khususnya mahasiswa memberi kontribusi maksimal, mengembaikan kejayaan perannya di masa silam. Lalu dimana pemuda atau mahasiswa yang menjadi tonggak harapan bangsa itu?, ingin saya katakan mereka ada di sini, mereka sedang membaca dan merenungkan ikrar pemuda di zaman dulunya dan kini melekat menjadi darah daging dan ruh perjuangan untu mengentaskan segenap persoalan Bangsa Indonesia tercinta.